Infoseputarpati.com – Hari jadi Kabupaten Pati ditetapkan pada 7 Agustus 1323, bertepatan dengan kepindahan Kadipaten Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan. Hal ini termuat dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 2/1994.
Menurut Babad Pati, asal-usul nama Pati berasal dari kisah Kembang Joyo. Babad Pati ditulis oleh Sosrosumanto dan Dibyosudiro dalam aksara Jawa pada 1925 dan diterbitkan NV Mardimulya, Jogja, kemudian dialihbahasakan oleh Yanti Darmono kemudian diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.
Karya sastra tersebut mengisahkan tentang sejarah Pati sejak bernama Pesantenan pada abad ke-13, yakni sekitar 1292 dan diakhiri saat perang antara Adipati Jayakusuma melawan Panembahan Senopati pada tahun 1600. Disebutkan bahwa Pati awalnya berupa wilayah-wilayah kecil yang berdiri sendiri. Terdapat dua kadipaten yang dianggap besar dan mendominasi Pati, yakni Paranggaruda dan Carangsoka.
Paranggaruda dipimpin oleh Yudopati, sementara Carangsoka dipimpin oleh Handungjaya. Kemudian, ada beberapa daerah lainnya yang meliputi Kemaguhan yang dipimpin Yuyu Rumpung, Matesih yang dipimpin Singabangsa, Jambangan yang dipimpin Kudasuwengi, Majasem dipimpin Sukmoyono, dan Bantengan yang dipimpin Kembang Joyo.
Dalam Babad Pati, disebutkan bahwa Kembang Joyo merupakan seseorang yang mempersatukan wilayah-wilayah tersebut yang kemudian dinamakan kadipaten Pesantenan. Kemudian, Kembang Joyo memutuskan untuk tinggal di Desa Kemiri. Dari sinilah ia mendapat julukan sebagai Ki Ageng Kemiri.
Ketika Kembang Joyo sedang membuka hutan Kemiri untuk memperluas wilayah, tiba-tiba datang seorang pedagang minuman yang bernama Ki Sagola. Ia kemudian membeli minuman tersebut dan puas dengan kesegarannya.
Minuman tersebut bernama dawet. Penasaran dengan minuman tersebut, Kembang Joyo bertanya tentang bahan bakunya. Dawet sendiri merupakan minuman tradisional khas Jawa yang terbuat dari pati aren, santan kelapa dan gula aren.
Setelah perluasan wilayah di hutan tersebut selesai, ia menamainya dengan Kadipaten Pati-Pesantenan, menukil dari bahan dawet yang pernah diminumnya. (*)