Infoseputarpati.com – Kementerian Agama menyerahkan kasus meninggalnya siswa MTs di Blitar kepada pihak kepolisian.
Tidak lupa Kemenag Kabupaten Blitar menyampaikan ucapan bela sungkawa atas peristiwa tersebut.
Diketahui sebelumnya, korban dilarikan ke rumah sakit setelah dilempar kayu berpaku oleh guru pendamping. Nahas, nyawa korban tidak tertolong setelah perawatan selama 2 hari.
“Kementerian Agama menyampaikan keprihatinan serta turut bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban. Tindakan kekerasan di lembaga pendidikan dalam bentuk apapun tidak bisa dibenarkan. Terkait dengan tindakan yang melanggar hukum, Kemenag menyerahkan sepenuhnya kepada pihak penegak hukum,” kata Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam, Kemenag RI, Thobib Al Asyhar, dikutip dari Detik News, pada Senin (30/9/2024).
Ia menyatakan mengatakan kasus ini terjadi pada hari Minggu (15/9). Kemudian pada 17 September 2024, korban dinyatakan meninggal dunia.
“Siswa MTs terkena lemparan kayu yang mengakibatkan santri tersebut tak sadarkan diri sehingga segera dilarikan ke RSUD Srengat. Namun karena kondisi yang parah, korban dibawa ke RS di Kediri, dan pada tanggal 17 September 2024 korban dinyatakan meninggal dunia,” kata Thobib.
Saat ini, pihak Kemenag Blitar tengah berkoordinasi dengan pengawas dan pengurus Yayasan. Tim Kepala Kantor Kantor Kemenag, Kasi Pendidikan Madrasah, Pengawas Madrasah, dan staf.
“Pelaku pelemparan kayu bukan guru MTs. Ini sepenuhnya kami serahkan kepada pihak berwajib untuk diproses secara hukum,” beber dia.
Kemenag tidak lupa meminta jajarannya melakukan pembinaan terhadap pihak terkait agar madrasah ramah anak dapat terwujud.
“Berdasarkan laporan kepada kami, pihak MTs Al-Mahmud dan pengurus yayasan telah melakukan tindakan cepat dengan melaporkan kejadian kepada pihak berwajib dan menanggung seluruh biaya pengobatan, perawatan jenazah korban dan bantuan biaya lainnya. Selain itu, Kementerian Agama telah berkunjung ke rumah duka dan memberikan bantuan kepada keluarga korban,” tutur Thobib.
“Kepada semua pihak yang terkait dengan lembaga pendidikan, termasuk pengasuh, pendamping, guru atau sejenisnya agar lebih mengedepankan pendekatan kasih sayang dalam mendidik dan mengajar kepada murid, santri, atau siswanya untuk menumbuhkan fitrah belajar. Pendidikan hakikatnya adalah proses panjang yang kompleks sehingga dibutuhkan cara-cara yang relevan tanpa kekerasan dalam bentuk apapun untuk menumbuhkan kesadaran terdalam bagi anak didik,” pungkasnya. (*)







