Pati, Infoseputarpati.com – Produksi garam di Kabupaten Pati melimpah hingga ratusan ribu ton. Hal ini diakibatkan cuaca panas yang ekstrem.
Dalam hal ini, produksi garam tembus di angka 171.064,32 ribu ton di Bumi Mina Tani.
Berdasarkan keterangan dari Pembina Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Ari Wibowo menyampaikan bahwa produksi garam di Pati mulai merangkak naik sejak bulan Juli hingga bulan Oktober 2023 ini.
Dengan rincian, bulan Mei menghasilkan produksi garam dengan angka 560 ton, Juni berkisar 2.140 ton, dan di bulan Juli sangat signifikan besar dengan nilai 21.072,79 ton. Untuk bulan Agustus berkisar 39.225,06 ton, bulan September 108.066,04 ton.
“Garam sangat dipengaruhi oleh cuaca, terutama dipengaruhi oleh sinar matahari. Bahkan info kemaren sejak bulan Juli, Juni Agustus, September ini sudah ada sampai 171 ribu ton yang ada di lapangan,” kata Ari.
Lanjut, ditahun 2023 target produksi garam yakni 200 ribu ton. Meskipun begitu, DKP Pati tidak bisa menargetkan berapa capaian produksi garam untuk setiap tahunnya. Sehingga harus dipantau dan diprediksi pada cuaca ke depannya. Terlebih juga melakukan koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2022, peningkatan produksi garam sangat jauh. Yakni di angka 55 ribu ton, sedangkan target semula berkisar 150 ribu ton. Terlihat di tahun 2022 capaian dan target sangat cukup jauh.
“Di tahun 2022 dengan musim penghujan yang begitu basah kemaren ya, dan produksi garamnya akhirnya drop di 2022. Kalau dibandingkan dengan tahun 2022 lalu sangat beda jauh, dulu hanya 55.000 ton. Karena hujan terus, jadi musim kemarau hanya sedikit,” lanjut dia.
“Kalau di Kabupaten Pati ini memang kalau bisa ya target kita 200 ribu ton, kita target kan seperti itu. Syukur-syukur bisa lebih. Target tahun 2022 kemaren hanya 150 ribu ton, dan kita hanya mencapai 55 ribu ton,” imbuhnya.
Kendati demikian, ia berharap produksi garam setiap bulannya terus bertambah. Mengingat tambak garam dari petambak awalnya hanya budidaya yang dikeringkan dan dibuat tambak garam.
“Dan harapan kita mungkin masih bertambah ini produksinya. Karena kan sekarang tambak ini awalnya dibuat budidaya, terus dikeringkan dan dibuat tambak garam ini. Maksimalnya 4 bulan, jadi mungkin Februari, Maret itu masih budidaya. Lahannya sama seperti budidaya perikanan bandeng, atau ikan lainnya kan. Pada saat musim kemarau, karna mungkin potensinya ditambak beberapa kecamatan yang ada di Pati ini memang banyak petambak garam yang mengusahakan tambaknya untuk garam,” harapnya. (*)