Pati, infoseputarpati.com – Payatun selaku cicit atau keturunan ke-4 dari dalang Atmo Surat mengungkapkan rasa kebahagiannya ketika wayang tari topeng karya kakek buyutnya mendapat pengakuan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Indonesia pada tahun 2021.
Ia mengatakan bahwa wayang tari topeng tersebut sudah ada sejak dirinya masih kecil. Menurut cerita kakek buyutnya tersebut, wayang tari topeng sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Ia mengaku kakek buyutnya merupakan satu-satunya dalang yang mampu memainkan seni wayang tari topeng tersebut.
“Mbah buyut saya itu waktu saya kecil beliau meninggal dalam usia 125 tahun, semasa hidupnya dia adalah satu-satunya dalang yang bisa membawakan wayang tari topeng Soneyan ini,” ucap Payatun saat diwawancarai awak media, Jumat (19/8/2022).
Wanita yang juga istri dari Kepala Desa (Kades) Soneyan tersebut juga bangga karena salah satu keluarganya pernah melestarikan budaya warisan leluhur tersebut selama lebih dari 100 tahun dengan menjadi dalang.
Kemudian pada Minggu (7/8/2022), Bupati Pati Haryanto memberikan sertifikat WBTB kepada Kades Soneyan saat upacara peringatan Hari Jadi Kabupaten Pati ke-699 di halaman Kantor Sekretariat Daerah (Setda) Pati.
“Tapi baru kemarin sertifikat itu diberikan oleh Bupati Pati Haryanto pada acara HUT ke-699 Pati, langsung diserahkan kepada kami penghargaan itu,” ucap Kades Soneyan, Margi Siswanto.
Dirinya juga menceritakan, sebelum mendapatkan sertifikat WBTB dari UNESCO melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada Desember 2021, desanya kerap kali dikunjungi peneliti atau sejarawan lokal maupun luar negeri untuk menggali info terkait wayang tari topeng tersebut.
Uniknya, Margi menjelaskan bahwa wayang tari topeng tak bisa dimainkan oleh orang luar Desa Soneyan.
Selain itu, gamelan yang dipergunakannya pun tidak sama dengan gamelan pada umumnya, karena berjumlah 7 (tujuh) buah, jadi siapapun yang memainkannya harus mempelajari dan berlatih terlebih dahulu.
“Pemeran wayangnya selain warga sini ndak bisa memerankannya, apalagi pemain gamelannya itu beda semua karena berjumlah 7 (tujuh) biji, dulu pernah coba pentas di Jakarta saja gamelannya berbeda, akhirnya suaranya tidak orisinil atau sama,” ucapnya.
“Kami berharap dengan adanya WBTB dari UNESCO ini kami semakin semangat melestarikan budaya leluhur yang sangat melegenda ini,” pungkasnya. (*)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari infoseputarpati.com di Googlenews. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol “Mengikuti”
Jangan lupa kunjungi media sosial kami
Video Viral