Pati, Infoseputarpati.com – Harga kedelai dunia melonjak tinggi sehingga berpengaruh terhadap harga kedelai impor yang merupakan bahan baku tahu dan tempe.
Hal ini disayangkan oleh M. Nur Sukarno selaku Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati. Ia mengatakan, hingga kini produsen tempe dan tahu masih tergantung kedelai impor.
“Pasokan kedelai kadang ada masalah ketika ada lonjakan harga kedelai dunia,” ungkapnya kepada infoseputarpati.com saat wawancara melalui telepon, belum lama ini.
Sebenarnya potensi kedelai di Kabupaten Pati cukup menjanjikan. Namun, munurut Sukarno belum ada perlindungan pada saat panen raya. Oleh karena itu, harga kedelai dari petani lokal akan jatuh.
“Hal itu yang mengakibatkan gairah untuk menanam kedelai di Kabupaten Pati menjadi tidak menjanjikan,” pungkas politikus Partai Golongan Karya (Golkar) tersebut.
Lebih lanjut, Ia menegaskan kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang berperan penting dalam perekonomian nasional, merupakan sumber pendapatan petani dan mendorong perkembangan industri seperti industri tahu, tempe, kecap dan industri lainnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Juli 2023, sebanyak 1,62 juta ton kedelai diimpor dari sejumlah negara, seperti Vietnam, Amerika Serikat, Inggris, Thailand, Jepang, China, dan Kanada.
Jika melihat pada tahun-tahun sebelumnya, Indonesia melakukan impor sebanyak 5,17 juta ton kedelai pada 2018. Jumlahnya naik menjadi 5,34 juta ton pada 2019 dan turun menjadi 3,59 juta ton pada 2020.
Kemudian pada 2021, jumlahnya meningkat menjadi 5,69 juta ton, lalu kembali turun menjadi 2,61 juta ton pada 2022. (Adv)