Infoseputarpati.com – Harga gabah basah panen (GBP) di kabupaten Pati melonjak naik. Tercatat hingga pekan ini di tingkat petani harganya mencapai Rp5500-Rp5600 per kilogram.
Makruf salah seorang petani di Desa Sidomulyo kecamatan Jakenan mengatakan, lonjakan harga ini terjadi sejak awal musim panen atau sekitar minggu pertama bulan Februari.
“Kalau basah-basah minggu ini masih Rp5600 sampai Rp5500. Kalau kering (gabah kering panen) bisa sampai Rp7000. Ini termasuk harga tinggi biasanya Rp4000-an,” ujar Makruf saat diwawancara, Senin (13/2/2023).
Ia mengaku, melonjaknya harga gabah yang cukup tinggi seperti sekarang ini, terakhir terjadi sekitar tahun 2008 lalu.
Tak hanya gabah, harga jual beras pekan ini juga masih tinggi. Misalnya untuk beras dari bibit jenis Inpari 32, masih di harga Rp10 ribu
“Biasanya Rp8 ribu kalau ke pabrik saya pakai 32 rata-rata segitu,” imbuh Makruf.
Sementara Hadi Santosa, Kepala Disdagperin Pati dalam sebuah wawancara mengatakan, mahalnya harga beras di Pati dipengaruhi banyak faktor.
Adapun diantaranya disebabkan karena produksi panen padi di Pati musim ini kurang maksimal akibat bencana banjir. Hal ini ditambah dengan wilayah Jawa Timur yang belum panen raya.
Tingginya harga gabah panen berimbas kepada mahalnya harga. Hingga kini pihaknya masih melakukan stabilisasi harga beras.
Karena dikhawatirkan, melonjaknya bahan pokok nantinya bisa menambah dampak inflasi.
“Karena beras ini bobotnya tinggi untuk menghitung inflasi. Naik sedikit saja sudah mempengaruhi inflasi yang luar biasa,” ujarnya.
Senada dengan Kepala Disdagperin, M Nur Sukarno Anggota DPRD Pati dari Komisi B juga mendorong Pemkab Pati untuk rajin melakukan operasi pasar agar harga beras bisa stabil kembali.
Politisi dari Partai Golkar itu juga mengingatkan agar Pemkab memperhatikan pengaturan tata niaga beras yang beredar di Pasar.
“Kembali ke permasalahan pengaturan tata niaga. harus benar-benar distabilkan. Agar tidak mempengaruhi stabilitas komoditas yang lain,” ujar Sukarno. (adv)