Pati, Infoseputarpati.com – Sejumlah petani tebu yang ada di wilayah mitra Pabrik Gula Trangkil menyampaikan keluhannya terkait mahal dan terbatasnya pupuk bersubsidi yang diberikan oleh pemerintah, sehingga membuat biaya produksi mahal.
Melalui salah satu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) anggota Dewan Komisi B, Nur Sukarno menyampaikan komoditas pertanian secara umum harga jualnya tergantung kondisi pasar (hukum pasar, ketersediaan barang berbanding dengan permintaan).
“Jadi ketidak pastian perlu kecermatan yang sangat intens termasuk bisa menekan biaya produksi, dan akses permodalan bisa di permudah dengan bunga yang rendah.” ucapnya kepada Info Seputar Pati hari ini, pada Jumat (21/10).
Lebih lanjut, Nur Sukarno juga menambahkan kondisi perekonomian dunia yang saat ini tidak menentu mempengaruhi harga jual dan bunga bank. Ditambah lagi pengurangan subsidi pupuk, sehingga ada pengurangan jatah untuk sektor pertanian.
“Kondisi seperti ini pemerintah harus ikut memikirkan agar supaya tantangan yang dihadapi pekebun tebu bisa mendapatkan secercah harapan untuk tetap menggeluti pertebuan.” ujarnya.
Indonesia merupakan konsumen gula terbesar di dunia, sehingga kebutuhan domestik masih terbuka luas dengan catatan tidak mengimpor lagi raw sugar yang sebenarnya untuk industri tapi kenyataannya masuk menjadi gula konsumsi, sehingga mempengaruhi harga gula di pasaran padahal HPP gula di Indonesia sudah mencapai Rp 12.500,- per kg.
Menurutnya, pemerintah perlu mengkaji ulang tentang kebutuhan pupuk, rantai tata niaga pergulaan, akses permodalan dengan bunga kompetitif sehingga gairah pekebun Tebu menjadi lebih baik dan bisa sejahtera. (Adv)
Penulis: Nurul Afriani
Editor: Erika Chairun