Kirab Kebo Bule dan Pusaka pada Malam 1 Suro di Solo

Solo, Infoseputarpati.com – Kirab kebo bule yang mengawal pusaka biasanya dilakukan setiap malam 1 Suro. Kerbau Kyai Slamet ini biasnaya berada paling depan mengawal pusaka yang dibawa.

Kebo tersebut diketahui berasal dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari, tokoh dari Ponorogo. Hal ini disampaikan oleh Ketua Lembaga Dewam Adat Keraton Kasunanan Solo, GKR Wandansari Koes Moertiyah.

“Waktu itu nitik (mencari) tanah untuk pindah kerajaan dari Kartasura ke Surakarta, kebo itu yang dilepas. Di sini dulu adalah rawa,” kata Gusti Moeng, kepada awak media, Senin (8/7/2024).

Kebo ini dihadiahkan untuk cucuk lampah dari pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet.  Adapun makna simbolik kebo kyai Slamet ini, selamat di dunia maupun akhirat.

“Yang paling diinginkan dari kebo kyai Slamet itu, yang dimaknai adalah, semua orang itu yang diinginkan mendapatkan selamat di dunia maupun di akhirat,” tutur dia.

“Sebetulnya semua orang hidup harus mendapatkan selamat di dunia dan akhirat. Bukan mengikuti kerbau, tapi simbolisasi saja. Pastinya orang Jawa itu, sangat bergantung pada kerbau yang bisa mengolah tanah sehingga bisa menghasilkan pangan. Itu utama bagi orang hidup, yaitu makan. Jangan sampai kekurangan makan,” terangnya.

PB II tersebut mengatakan kirab malam 1 suro 2024, Keraton Kasunanan 14 pusaka dan 7 ekor kebo bule.

“Kami sudah menyiapkan sentono dan abdi dalem sebanyak 400 orang. Di mana setiap pusaka akan ada 20-30 orang,” ucap Gusti Moeng.

Gusti Moeng menjelaskan malam 1 suro ini sebagai introspeksi diri dari kesalahan untuk memperbaiki tahun yang akan datang.

“Sebetulnya ini lebih dari permohonan. Karena pusaka-pusaka itu dibikin dengan tujuan yang sangat luar biasa, dengan lahir dan batin oleh empu-empunya. Di situ tercurah doa-doa apa yang dibutuhkan waktu itu, khususnya perintah raja,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *