Pati, Infoseputarpati.com – Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pati, Mochtar mengungkapkan bahwa populasi tikut yang tinggi akan berdampak pada terjadinya penyakit leptospirosis yang tinggi pula.
“Di Pati data secara umum ada beberapa leptospirosis yang perlu diperhatikan, misalnya perkembangan populasi tikus yang tinggi baik di persawahan maupun lingkungan rumah, dampaknya luar biasa kalau tidak diantisipasi,” ujarnya.
Menurutnya, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan guna mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang menyebar melalui air seni atau darah hewan yang terinfeksi. Apalagi mayoritas warga Pati memelihara hewan ternak dan bekerja sebagai petani.
Muchtar menambahkan, hewan yang dapat menjadi perantara penyebaran leptospirosis antara lain yakni tikus, sapi, anjing, dan babi.
“Permasalahan tersebut secepatnya harus segera ditangani,” jelas dia kepada awak media baru-baru ini.
Ia mengaku penyakit ini tengah mewabah di Indonesia, khususnya di Bumi Mina Tani. Maka dari itu, Muchtar juga berharap pemerintah daerah agar segera mengimplementasikan program antisipasi penyebaran penyakit menular yang ditimbulkan oleh hewan.
Terlebih Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama sejumlah kementerian berkomitmen mengantisipasi penyakit yang berasal dari binatang (zoonosis). Untuk itu, telah dikeluarkan Permenko PMK nomor 7 tahun 2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksius Baru.
Untuk diketahui, gejala penyakit leptospirosis yang dapat dirasakan seperti demam mendadak dan kekuningan pada kulit tetapi disertai dengan nyeri pada betis. (Emka)