Infoseputarpati.com – Pemerintah mengungkapkan jika produksi dan pendapatan paling banyak kayu putih terjadi saat pandemi Covid-19.
Perhutani mengklaim setelah pandemi pendapatan Perum Perhutani mengalami penurunan karena penjualan minyak kayu putih yang juga turun.
Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro menjelaskan jika penjualan kayu putih menyumbang pendapatan hingga Rp150 miliar. Namun kini, pangsa pasar tidak sebanyak pandemi.
“Kayu putih, memang begitu Covid selesai, ini jadi nggak laku kayu putih kami. Nggak mungkin juga kami berdoa COVID-19 datang lagi,” kata Wahyu dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip dari Detik Finance pada Rabu (30/4/2025).
Wahyu menjelaskan jika saat ini Perhutani memiliki sekitar 300 ribu ton kayu putih dengan nilai ekonomis Rp 60 miliar.
“Ini kami mencoba ke Direktur Komersial untuk cari model hilirisasi kayu putih ini, bisa dibikin apa sih kayu putih ini,” jelasnya.
Pendapatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu juga tercatat stagnan yakni sebesar Rp 5,5 triliun di tahun 2024 dan 2023. Namun, angka tersebut juga naik 2,5% jika ditinjau sejak lima tahun terakhir. Perhutani juga membidik pertumbuhan pendapatan tahun ini menjadi sebesar Rp 5,7 triliun.
Untuk labar bersih, Perhutani mencatat sebesar Rp 303 miliar sepanjang tahun 2024 mengalami penurunan dari tahun 2023, berjumlah Rp502 miliar.
“Banyak perusahaan kehutanan yang sulit untuk meneruskan bisnisnya, karena situasi gejolak politik dan pergerakan ekonomi yang cukup luar biasa,” tutupnya. (*)