Infoseputarpati.com – Setiap manusia akan menyeberangi jembatan Sirath Mustaqim setelah datangnya hari kiamat.
Jembatan ini menjadi jalur di mana manusia dapat menuju surga, disebutkan bahwa di jembatan itu dibentangkan kobaran api neraka.
Berdasarkan hadis, jembatan sirath mustaqim digambarkan sangat tipis, bagai sehelai rambut yang dibelah menjadi tujuh bagian. Dalam riwayat ath-Thabrani dari Ibnu Mas‘ud, Rasulullah SAW menjelaskan secara lebih lengkap bagaimana bentuk jembatan yang akan dilewati semua manusia nantinya, “Jembatan al-Sirath dipasangkan di tengah-tengah Jahanam seperti pedang tipis yang sangat tajam. Ia sebuah jembatan yang licin dan menggelincirkan. Di atasnya penuh besi-besi pengait dari api yang siap menyambar, mengait, dan menghempaskan ke neraka.”
Dalam riwayat yang sama, dijelaskan pula bagaimana keselamatan manusia hanya bergantung pada pertolongan Allah SWT. Rasulullah bersabda, “Di antara mereka ada orang yang melintas secepat petir. Dia berhasil selamat dan tak melekat (bergelantung) pada jembatan. Ada pula yang melintas secepat angin. Dia berhasil selamat dan tak melekat di atasnya. Ada pula yang melintas secepat kuda. Ada pula yang melintas seperti orang berlari. Ada pula yang melintas seperti orang berjalan cepat. Ada pula yang berjalan seperti orang berjalan normal. Dan manusia yang terakhir melintas adalah seorang laki-laki yang telah hangus terbakar api dan menghadapi kesulitan di atasnya, kemudian dimasukkan Allah ke dalam surga berkat karunia, kemuliaan, dan rahmat-Nya.”
Allah SWT akan menentukan keselamatan seseorang saat melintasi jembatan sirath mustaqim. Oleh sebab itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak doa untuk memohon rahmat dan pertolongan kepada Allah SWT untuk melancarkan perjalanan.
Dilansir dari NU Online, berikut doa yang dapat diamalkan untuk meminta kemudahan saat berjalan di atas jembatan sirath mustaqim.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِلَهًا وَاحِدًا وَرَبًّا شَاهِدًا لَا مَعْبُوْدَ سِوَاهُ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُوْنَ
Asyhadu an lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lahū ilāhan wāhidan, wa rabban syāhidan, lā ma‘būda siwāhu, wa nahnu lahū muslimūn.
Artinya: “Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah yang esa. Tiada sekutu bagi-Nya sebagai Tuhan yang esa dan Tuhan yang menyaksikan. Tiada zat yang (patut) disembah selain-Nya. Kami tunduk kepada-Nya.”
Para ulama menyarankan untuk membacanya setiap selesai salat fardhu. (*)