Infoseputarpati.com – Masyarakat Jawa pasti familiar dengan bubur abang. Ternyata di dalamnya memuat filosofi yang istimewa.
Disebutkan bhawa hidangan khas acara selamatan ini dapat menolak sengkolo.
Bubur ini dibuat dengan menggunakan bahan beras ketan, kemudian sebagian dicampur dengan gula merah atau gula aren. Sementara itu, sebagiannya lagi dibiarkan tetap berwarna putih. Bubur sengkolo disajikan dengan daun pisang, kemudian bubur warna putih, baru setelahnya ditambahkan bubur warna merah yang berasal dari campuran gula aren tersebut.
Bukan hanya sebagai kudapan khas, bubur jenis ini juga mengandung makna dan filosofi. Makna ‘sengkolo’ berarti bahaya atau bala. Dengan demikian, bubur ini dibuat sebagai simbol untuk menolak bahaya. Bubur sengkolo sering disajikan sesudah bacaan doa pada acara kelahiran, ulang tahun, pernikahan, panen dan acara selamatan lainnya dengan tujuan pengharapan dijauhkan dari keburukan.
Warna putih melambangkan sebagai kesucian, sementara warna merah melambangkan keberanian menghadapi permasalahan. Sehingga pada acara kelahiran, bubur merah putih ini menyimbolkan harapan orang tua agar anak tumbuh menjadi sosok yang berani dan selalu bertindak berdasarkan kebenaran.
Sementara itu, menurut kepercaraan masyarakat Jawa, warna bubur merah dan putih merupakan simbol penyatuan bibit ibu dan ayah sehingga menghadirkan manusia baru. (*)