Infoseputarpati.com – Banyak orang yang menganggap bahwa perempuan sumber fitnah. Padahal perempuan dapat menjadi anugerah bagi kemaslahatan, sumber fitnah pun dapat berasal dari laki-laki.
Bukan tanpa alasan, hal ini berawal dari hadis dan kemudian menimbulkan persepsi masyarakat.
Lalu Apakah benar perempuan sumber fitnah?
Melalui buku dengan judul “Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah” yang terbit Agustus 2021, penulis buku yaitu Dr Faqihuddin Abdul Kodir mencoba mencerahkan pandangan terkait perempuan. Aktivis jaringan Kongres Ulama Perempuan Indonesia itu membahas 25 hadis yang kerap ditafsirkan “merendahkan” perempuan
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online Edisi V, Fitnah adalah perkataan bohon atau tanpa kebenaran yang disebarkan dengan tujuan membuat kekacauan. Makna fitnah sendiri adalah ujian atau cobaan yang dapat berlaku pada siapa saja, hal ini dijelaskan pada Al-Quran
”Innama amwalukum wa auladukum fitnah” (Sesungguhnya harta dan anak anakmu adalah fitnah). Pengertian fitnah kemudian bergeser dengan pemaknaan yang bias dan sempit, kemudian menjadi kata kunci yang digunakan untuk menilai dan membatasi secara ketat seksualitas perempuan. Kata ini menimbulkan persepsi yang berbeda pada masyarakat bahwa perempuan adalah sumber seksualitas semata.
Kebanyak muslim masih menganggap tubuh perempuan tidak bisa ditunjukkan dengan bebas kepada publik, keberadaan tubuh perempuan harus diawasi dan dibatasi dengan suatu syarat. Kritisisme tidak berkembang bahkan dalam banyak kasus kritik atas wacana keagamaan mainstream ini sering kali membahayakan dan mengancam.
Sebenarnya dalam Al-Quran banyak sekali surat yang membahas keutamaan dan keistimewan seorang perempuan serta mengapresiasi tubuh, ekspresi, aktualisasi diri perempuan. Perempuan dalam Islam sebenarnya eksistensi yang bebas dan memiliki tanggung jawab setara dengan laki-laki atas berbagai bidang ekonomi, sosial, pendidikan, politik, maupun budaya.
Dalam Al-Quran, perempuan diposisikan setara dan dituntut bekerja sama dengan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini tertuang dalam QS. Al-Ahzab Ayat 35,
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusuk, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. alAhzab (33):35)
Dalam Al-Quran Surat At-Taubah pun didjelaskan bahwa perempuan merupakan sumber penolong
”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka merupakan penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang makruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah, sesungguhnya Allah maka perkasa lagi Maha Bijaksan.” (QS. At-Taubah (9) : 71).
Pada zaman Nabi Muhammad perempuan banyak terlibat dalam debat publik dan ikut bersama laki-laki menjalankan ibadah.
Nabi Muhammad bersabda, ”Jangan halangi kaum perempuan pergi ke masjid”. Umm Darda, perempuan sahabat, biasa memberikan kuliah di masjid Jami al Umawi di hadapan puluhan jama’ah, laki-laki dan perempuan. Aisyah bint Abu Bakar adalah guru dari 232 laki-laki. Umm Salamah guru dari sekitar 78 laki-laki. Dan masih banyak perempuan yang lain.
Diriwayatkan dari Bukhairi, Siti Aisyah dan Ummu Salim pernah menggulung pakaian bawah mereka sehingga betis mereka terbuka. Mereka membawa air dan menuangkannya ke mulut tentara yang kehausan.(Bukhari, Shahih, Hadits No. 2880).
Khansa bint Amr, penyair perempuan Arab terkemuka, berdiri di hadapan Nabi membacakan puisi-puisinya dengan seluruh ekspresinya yang memukau. Nabi mengagumi sekaligus memujinya. (Ibnu Hajar al Asqalani, Al Ishabah fi Tamyiz al Shahabah,VII, 613). maka, tidaklah masuk akal bahwa perempuan harus disembunyikan bahkan dikucilkan.
Ada banyak zaman arabian yang menjelaskan mengenai perempuan mengatakan : “Adalah pasti bahwa pandangan Muhammad (Nabi Saw) dan prinsip-prinsip Islam tentang seksualitas perempuan memperoleh apresiasi begitu tinggi melampaui peradaban manapun. Mereka menikmati hak-hak itu seperti juga mereka dapat mengekspresikan hak-haknya baik dalam ruang domestik maupun publik. (Nawal el Sa’dawi, Wajah Telanjang Perempuan, h. 71)
Dilansir dari tulisan Neng Hannah, zaman tablin tercatat tidak lebih dari 150 perempuan meriwayatkan hadisnya, pada generasiIbnu Hibban tercatat generasi Tablin hanya meriwayatkan 12 hadis saja.sedikitnya yang meriwayatkan hadis nabi ini berkaitan dengan posisi perempuan yang tadinya membaik menjadi krisis. Posisi perempuan kembali pada sebelumnya masuknya islam.
Menurut Fatima Mernissi ada juga pelepasan historis bentuk pemahaman ajaran agama terhadap perempuan. “Perempuan kembali tidak dipercaya” demikian tulis Mernissi dalam bukunya Women In Islam.
Al-Quran bersifat mutlak dengan surat yang artinya tidak dapat diganggu gugat, karena Al-Quran memandang pentingnya kedudukan perempuan dan setara dengan tanggung jawab laki-laki. Tidak benar bila perempuan hanya dianggap sumber fitnah yang harus dihindari dan dikucilkan. Hal ini dibenarkan dalam fakta sejarah yang mengatakan bahwa perempuan memiliki ruang di masa Islam pertama.