Kisah Pria Bersikap Maksiat tapi Dicintai Allah SWT

Infoseputarpati.com – Kita diajarkan untuk selalu berprasangka baik terhadap banyak hal yang terjadi. Menilai orang dari tampilan tentu tidaklah dibenarkan.

Hal ini juga sesuai dengan salah satu kisah seorang pria yang  pernah melakukan maksiat namun kematiannya berakhir khusnul khotimah.

Allah SWT pernah meminta Nabi Musa untuk mengurus jenazah pria tersebut.

Berdasarkan riwayat hadits dalam Kitab Ushfuriyah karya Syekh Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfuri, Nabi Musa AS diberikan wahyu untuk mengurus jenazah yang dibuang ke sampah.

“Wahai Musa, di suatu perkampungan, ada seorang lelaki mati di pembuangan sampah. Ia adalah salah satu di antara kekasihku. Namun, para tetangganya tidak mau memandikan, mengafani, dan menguburkannya. Karena itu, pergilah, mandikan, kafani, salati, dan kuburkanlah sewajarnya,”

Nabi Musa pun mencari jenazah tersebut dan bertanya kepada warga setempat. Para warga mengabarkan bahwa sang jenazah telah dibuang ke tempat pembuangan sampah, tidak lupa warga menceritakan kisah jenazah saat hidup.

Nabi Musa yang mendengar cerita warga tersebut, melakukan munajat kepada Allah SWT.

“Tuhanku, Engkau memerintahkanku untuk menguburkannya dan mensalatinya. Padahal, orang-orang menyaksikan keburukannya. Engkau lebih tahu daripada mereka tentang pujian dan cercaan,”

Allah yang mendengar munajat dari Nabi Musa tersebut, kembali mengirimkan wahyu yang membenarkan adanya informasi berkenaan dengan perilaku buruk jenazah. Allah kemudian menjelaskan amalan terakhir yang dilakukan oleh jenazah sebelum meninggal dunia.

Dilansir dari Detik Edukasi, jenazah sebelumnya meminta ampun kepada Allah dan meminjatkan tiga doa pada hari-hari terakhirnya.

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengetahui perbuatan-perbuatan maksiatku yang sebenarnya juga aku benci dalam hati. Namun, ada tiga hal berkumpul bersamaku sehingga aku melakukan perbuatan maksiat yang sebenarnya aku benci dalam hati itu yaitu, hawa nafsu, teman yang buruk, dan iblis. Karena itu, amunilah aku.”

Sang lelaki menyebut dirinya semasa hidup ada di lingkungan orang fasik, ia juga mengaku senang berada dilingkungan orang sholeh.

“Wahai Tuhanku, Engkau tahu aku melakukan perbuatan maksiat, dan tempatku adalah bersama orang-orang fasik. Akan tetapi, sebenarnya aku juga senang bersama orang sholeh dan senang dengan sikap zuhud mereka. Tentu tempat bersama mereka lebih aku senangi daripada bersama orang fasik,”

Kemudian, pada doa terakhir, ia memohon ampun kepada Allah SWT dan berjanji akan mendahulukan hajat orang soleh dibandingkan orang fasik.

“Wahai Tuhanku, seandainya Engkau memaafkan dan mengampuni dosa-dosaku, para wali, dan nabi akan merasa senang sedangkan setan-setan, musuhku dan musuhMu, akan sedih. Begitu pun sebaliknya,”

“Dan, aku pun tahu bahwa kegembiraan para kekasih kepadaMu lebih Engkau senangi daripada kegembiraan setan-setan dan pengikutnya. Karena itu, ampunilah dosa-dosaku, Ya Allah,”

Allah SWT pun mengampuni dosa-dosa jenazah lelaki itu lantaran amal terakhir yang dilakukan.

Dari Abu Umamah Al Bahilil, Rasulullah SAW mengatakan

إذا أراد الله بعبد خيرا استعمله قيل : ما يستعمله ؟ قال : يفتح له عملا صالحا بين يدي موته حتى يرضي عليه من حوله

Artinya: “Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, maka dia akan membuatnya banyak beramal,” Beliau ditanya, “Bagaimana Allah membuatnya banyak beramal?” Beliau menjawab, “Diberinya taufiq untuk beramal sholeh sebelum mati, kemudian dia dicabut dalam keadaan seperti itu,” (HR Ahmad). (*)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Menarik Dibaca