Infoseputarpati.com – Setiap manusia pasti pernah marah. Emosi tersebut menjadi hal yang wajar dirasakan karena keadaan dari lingkungan.
Akan tetapi, tahukah kamu jika Allah lebih menyukai hambanya yang dapat menahan amarah.
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran: 134)
Lalu bagaimana mengelola agar amarah tidak terluapkan?
Quraish Shihab dalam salah satu siarannya di kanal YouTubenya menyampaikan bahwa Islam mengajarkan penganutnya agar tidak meluapkan amarah ketika tersinggung, kecewa, ataupun karena orang yang melakukan kesalahan.
Menahan amarah
Mantan Menteri Agama ini mengatakan ketika seorang muslim marah, maka sebisa mungkin ia harus menahannya. Bahkan kalu harus marah pun jangan sampai emosinya tergambar pada wajahnya, meski hanya sekedar mata melotot pun lebih baik ditahan.
Jangan sampai terucap
Jika amarah itu nampak di wajah maka jangan sampai terucap kata maupun kalimat buruk. Sebab, sebagaimana kita ketahui saat marah manusia cenderung terdorong untuk melakukan hal negatif. Salah satunya dengan berkata kasar atau buruk.
Tidak melewati batas
Lalu saat amarah itu terucap melalui ucapan, maka tidak boleh melebihi batas. Misal saja orang membuat kita marah sekali, jangan sampai yang ucapan keburukan yang dilontarkan saat marah itu lebih dari sekali.
Jangan sampai tangan bergerak
Saat ucapan buruk terucap ketika marah, Islam mengajarkan penganutnya agar jangan sampai tangan kita bergerak untuk melakukan hal yaang lebih buruk lagi.
Untuk menahan amarah itu, Islam membolehkan kita menuntut orang yang telah berbuat tidak baik saat diakhirat nanti.
Memaafkan
Allah dan Rasul-Nya lebih mengajarkan umat Islam untuk memaafkan orang yang telah berbuat buruk kepadanya. Hal ini seperti disampaikan dalam Alquran surah Ali Imran ayat 159.
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” – (Q.S Ali Imran: 159)
Berbuat baik
Namun kesempurnaan dari semua hal yang telah disebutkan diatas adalah dengan berbuat kebaikan.
Al-Imam al-Ghazali sebagaimana dikutip Syekh Jamaluddin al-Qasimi mengatakan:
وَأَمَّا الْعَمَلُ فَأَنْ تَقُولَ بِلِسَانِكَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، وَإِنْ كُنْتَ قَائِمًا فَاجْلِسْ، وَإِنْ كُنْتَ جَالِسًا فَاضْطَجِعْ، وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَتَوَضَّأَ بِالْمَاءِ الْبَارِدِ؛ فَإِنَّ الْغَضَبَ مِنَ النَّارِ، وَالنَّارُ لَا يُطْفِئُهَا إِلَّا الْمَاءُ.
“Adapun (mengatasi amarah dengan) amal, katakanlah dengan lisanmu, A’ûdzu billâhi minasy syaithânir rajîm (aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk). Bila engkau berdiri, duduklah. Bila engkau duduk, tidurlah miring. Disunahkan berwudhu dengan air yang dingin, sesungguhnya kemarahan adalah dari api, sedangkan api tidaklah bisa dipadamkan kecuali dengan air.” (Syekh Jamaluddin al-Qasimi, Mau’ihhah al-Mu’mini min Ihya’ Ulum al-Din, hal. 208). (*)