Infoseputarpati.com – Baru-baru ini, warga Gunungkidul, Yogyakarta digegerkan dengan penemuan kasus antraks pada daging ternak. Bahkan dikhawatirkan peminat daging sapi akan turun sebab kasus tersebut.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Subendro menyebut anemo masyarakat dapat saja berkurang.
“Karena antraks penyakit yang menular ke manusia, dikhawatirkan anemo masyarakat makan daging sapi akan berkurang,” jelasnya dilansir dari Bisnis.com.
Penyakit antraks diketahui juga menyebabkan kematian pada hewan ternak meskipun penularannya tak secepat penyakit mulut dan kuku (PMK) dan lumpy skin disease (LSD).
Dampak buruk penyakit ini pada sapi adalah bobot dan produksi susu yang menyusut, hingga menyebabkan sapi tak laku dijual. Sebab sapi yang terkena antraks tak boleh disembelih dan dikonsumsi.
Oleh karena itu, pihaknya berharap agar masyarakat dan peternak memiliki pengetahuan yang baik tentang bagaimana penanganan hewan yang terinfeksi antraks.
“Kami sangat menunggu peran aktif dari pemerintah dalam penanganan penyakit ini,” kata Nanang.
Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri mengaku telah berupaya melakukan tindakan pencegahan penularan seperti melakukan isolasi ternak, penutupan sementara lalu lintas ternak di lokasi pusat infeksi, serta melakukan vaksinasi hewan ternak dan penyemprotan desinfektan.
Kementan juga menyebut telah mendistribusikan 96.0000 dosis vaksin operasional ke Gunungkidul. Yang telah disuntikkan di Gunungkidul mencapai 78 ekor sapi dan 286 ekor kambing. Pengambilan 5.707 sampel juga dilakukan. (*)